Kamis, 20 April 2017

Penipu!!

Terkadang seseorang terluka hanya karena memaksakan diri untuk bertahan ketika seharusnya merelakan.

Senja itu aku masih menangis, terbayang kembali semua impian indah yang pernah kita rencanakan. Bahkan langit senja yang jingga itu masih ingat betul bagaimana engkau mengatakannya. Tapi semua itu telah hilang. Tak bersisa. Tiba-tiba kau pergi dan hilang, tak bisa dihubungi. Nomer telepon mati, facebook dan twitter tidak aktif, whatsapp pun aku di block. Entah apa yang terjadi, kau tiba-tiba saja pergi.

Aku menyusuri jalanan ramai kota Jogja, berusaha mengingat kembali rayuanmu yang pernah memabukkanku dalam asmara, yang membuatku percaya bahwa ada cinta untukku. Aku berhenti di salah satu sudut jalan itu, duduk terpaku di kursi taman di trotoar jalan itu memandang aksi musisi angklung jalanan. Aku melihat mereka menari, orang itu menari seperti kehilangan dunia pada hari ini. Bahagia.
Waktu berlalu, deru suara kendaraan, bus, motor, mobil dan tawa manusia menyeretku dalam sendunya malam Jogja. Aku menghiirup nafas panjang, menyesapi segala aroma yang terbawa angin, mengaburkan kegetiran. Aku memaksakan sebuah senyuman dibibirku, bukan untuk siapapun, untukku sendiri. Agar aku bisa menyecap bahagia, meskipun tidak sebenarnya. Aku tersadar kembali oleh tepukan di pundakku.
"Move up Ndah!" perempuan itu setengah berteriak ke arah wajahku. Suaranya berusaha mengalahkan riuh tarian dan meriahnya angklung jalanan.
Aku tersenyum ke arahnya, tanpa kata-kata. Aku baik-baik saja, aku masih bernafas dengan baik, aku bukan penderita asma. Perempuan itu pun sepertinya mampu membaca pikiranku, ia tersenyum sinis sambil membuang pandanganya dariku. Ia memasukkan kedua tanganya ke saku jaket warna coklat muda. Kami memandangi orang-orang yang tak lelah menari di jalanan itu untuk sekian lama.
"Carikan aku suami," kataku dengan nada tegas yang kubuat-buat.
Lalu kami diam sejenak. Kemudian perempuan itu tertawa, dengan sinisnya.
"Suamimu akan menderita kalau menikahi perempuan macam kamu. Berkacalah. Tahu diri. Sadar diri. Perbaiki hidupmu. Perempuan yang hancur tidak akan membawa kebaikan apapun," katanya ringan sambil menyalakan rokok yang sudah berada dikatupan bibirnya.
Aku mengawasi asap rokok yang keluar dari bibirnya, kemudian ia seolah meniup dan memainkan asap rokok itu dengan sengaja.
"Menikah, kau tau Ndah, tidak pernah mudah. Jatuh cinta berkali-kali dengan orang yang itu-itu saja, bahkan makin buruk saja kelihatanya. Hahaha" ia kemudian memandangi langit, mendongakkan kepalanya sambil menyemburkan asap rokoknya.
"Perempuan yang patah hati sepertimu itu nilainya minus. Tak ada lelaki yang mau bersaing dengan bayang-bayang seumur hidupnya. Atau kalau kau yakin bisa menjaga rahasia masa lalu kekasihmu itu. Dan tentu saja mulut-mulut orang yang sudah menyaksikan betapa jatuh cintanya dirimu dengan kekasihmu itu," katanya tanpa mengalihkan pandanganya dari asap rokok di atas wajahnya
"Mantan kekasih," jawabku sambil mendengus. Berusaha mengeskpresikan kelelahanku sendiri.
"Kamu itu goblok apa ndableg ya Ndah? Aku ga ngerti deh."
Aku hanya tersenyum, menertawakan diri sendiri mendengar pertanyaanya yang seperti sebuah penyataan faktual.
"Aku dapat kabar dia sudah punya kekasih baru," aku setengah berbisik, mencoba untuk tidak menampakkan aura negatif.
"Dia tidak akan nikah sebelum kamu nikah Ndah. Dia harus set up cerita kalau dia yang disakitin. Entah ditinggal kawin atau mbok porotin sampai miskin." kata perempuan itu tanpa basa-basi
Aku hanya mampu terdiam mendengar ocehan menyakitkan perempuan itu, yang mungkin banyak benarnya.
"Lelaki model begitu itu ya memang bakatnya jadi penipu, playing victim, berlagak jadi korban padahal dalam hati ngetawain kamu, begonya kamu cuma jadi lelucon buat dia dan orang-orang sekitarnya. Kamu ga lebih punya nilai dari sampah. Habis dipake ditinggal gitu aja. Ga dimasukin tempat sampah tapi dibiarin berserakan jadi sarang penyakit dan kelihatan jorok!" kali ini perempuan itu menyapukan pandanganya ke wajahku.
Rokok disela jemarinya mulai habis. Tak ada perdebatan atau perbincangan lagi. Kami menikmati tarian orang-orang itu. Menyesaki kebahagiaan ke dalam ruang-ruang kosong.
Kami seperti patung mati yang menyaksikan tawa riuh manusia-manusia diluaran sana, tersenyum getir memandangi kebahagiaan orang lain. Kami membiarkan waktu dan angin melewat kami, dengan lembut mereka menyapu tubuh kami, pergi.
“Aku bercerai Ndah,” kata perempuan itu tiba-tiba, tanpa mengalihkan pandangan wajahnya dari atas sana,
Aku  melihat air mengalir dari sudut matanya, tapi ia tetap mendongak, ia tak mau menangis atau setidaknya ia menahan diri untuk tidak menangis. Aku tetap terdiam, menunggu waktu ang tepat untuk bereaksi, tapi aku tak mampu mengucapkan sepatah katapun.
“Lucu sekali bukan? Kau lihat kami pasangan yang sangat bahagia, kami sudah menikah enam tahun lamanya, aku memiliki karir yang bagus begitupun suamiku. Tapi kau tahu Ndah? Aku tidak bisa memberinya anak. Lalu semua keluarganya mulai membisikkan sindiran-sindiran, lelucon-lelucon, hal-hal gila yang aku sendiri tak percaya mampu keluar dari bibir-bibir orang berpendidikan seperti mereka,” perempuan itu lalu mulai menertawakan dirinya sendiri, lirih.
“Suamiku tak pernah berkata buruk padaku, tak pernah menyakitiku, tapi aku tahu bahwa bisikan-bisikan itu membuatnya banyak berpikir. Keluarganya dan aku, tiba-tiba menjadi dua hal yang harus dia pilih padahal sebelumnya ia menikahiku untuk dijadikan ‘keluarga’-nya bukan? Bukankah itu lucu?” kini tawa perempuan itu sudah mulai disertai tangis yang pelan tapi memilukan.
“Jangan kau berpikir bahwa menikah itu sepenuhnya bahagia, kupikir setiap kita harus berani menerima rasa sakit bahkan ketika kita sudah bersama. Ada hal-hal yang harus tetap kita pegang dengan kuat agar tidak membuat yang lainya jatuh,”
“Kau yakin dengan ide perceraianmu itu?” selaku diantara tangisnya.
Aku tak langsung mendapatkan jawabanya, ia terdiam cukup lama. Kembali menyalakan rokok dari saku jaket coklatnya. Menghisap asap rokok dan menghembuskanya di udara. Lalu aku dengar tawanya, tawa yang ia deraikan untuk menguatkan batinya. Sendiri.
“Ndah, ada satu hal baik dari sakit hatimu itu, bahwa kau beruntung tidak harus menghabiskan hidupmu dengan lelaki brengsek dan pengecut. Yang lari dari janjinya sendiri, yang bahkan ia tidak mampu menepati ucapanya sendiri. Sekarang kau punya lebih banyak waktu untuk berpikir ulang tentang menikah. Sejauh mana kau mampu menjalaninya,” perempuan itu tersenyum sambil beranjak dari bangku taman, berdiri dan menarik tanganku. Aku kemudian mengikuti langkah-langkahnya.
Jalanan ini ramai dan bising dengan manusia-manusi yang bahagia dan mungkin mereka yang pura-pura bahagia. Aku memandangi punggung perempuan dengan jaket coklat didepanku, mengikuti langkah-langkah tegarnya, tanpa ragu.

Aku harus memastikan padamu, setiap pasangan yang telah menikahpun pasti akan datang masa saling menyakiti. Entah aku yang sallah atau dirimu, Lelakiku, siapapun engkau yang datang padaku nanti, berjanjilah padaku bahwa engkau akan tetap tinggal bersamaku bahkan ketika aku menyakitimu.

Eksotisme Bukit Ungaran



Week end waktunya jalan-jalan nih. Awal bulan Februari kemarin nyempetin main ke Semarang atas, tepatnya di Ungaran. Meluncur ke Bandungan dan Candi Gedhong Songo. Tempat wisata ini masih satu jalur dengan objek wisata Kebun Kopi Banaran juga Kampung Apung Rawa Pening dan Museum kereta Ambarawa. Tapi gak bakal nayampai kalau mau diputerin sehari doang ya teman-teman.
Taman wisata Bandungan ada Umbul Sidomukti buat yang hobi outbond dan juga mau basah-basah di kolam renang. Namun pilihan saya dan teman-teman jatuh ke Candi Gedhong Songo. Hehehe
Berangkat dengan Rombongan satu bus dari Solo, samapi di Parkiran Pasar Bandungan terpisah kelompok menuju lokasi wisata yang dipilih. Karena saya dan beberapa teman mau lihat Candi Gedhong Songo akhirnya kami cari informasi. Gak harus ribet karena disitu sudah rame bapak-bapak sopir atau kernet Elf yang siap mengantar ke lokasi tujuan dengan ongkos yang bisa di nego. Hehe, setiap kepala kena sekitar 20 ribu rupiah sudah buat pulang pergi ke candi.
Melewati jalur yang meliuk mesra dengan tikungan yang asoy sampailah kami di Candi Gedhong Songo. Bayar 10 ribu dan bisa masuk lokasi. Udara sejuk menyambut karena memang lokasi nya di pegunungan kan ya, tapi tak usah khawatir karena hawanya enggak dingin-dingin banget sih
Sebelum masuk lokasi wisata sempatkan foto dulu di depan tulisan candi ya teman-teman, biar ada buktinya kalau kita pernah kesana dan enggak hasil photoshop. Wkwkwkwk


Jalan kaki dengan medan menanjak, gak terlalu jauh sudah terlihat candi pertama dan kedua. Lokasi yang adem dan rindang sebenernya nyantai dan nyaman buat jalan ya.
Candi Gedhong Songo ini termasuk jenis candi Hindu, dipakai untuk kegiatan pemujaan. Dibangun di kawasan pegungungan Ungaran, sembilan candi di area wisata ini letaknya menyebar dan posisinya ada yang dekat satu sama lain tapi ada juga yang jauh. Jadi memang harus naik-naik ke puncak gunung deh. Selain candi, disini kalian juga bisa menikmati pemandian air panas yang mengandung belerang, untuk masuk ke kolam pemandianya dikenankan tiket masuk lagi 5 ribu rupiah saja bisa mandi dan berendam sepuasnya. Di lokasi wisata ini juga ada camping ground bagi yang hobi kemah dan ada pondok-pondok kayu yang disewakan juga, kalau teman-teman berminat bisa langsung tanya di bagian ticketing pas masuk ya.
berfoto di depan Candi Gedhong V

Candi Gedhong Songo dibangun dinast Syailendra dan bangunanya sih kata orang mirip-mirip dengan candi yang ada di kawasan wisata Dieng Wonosobo. Ditemukan oeh Stamford Raffles awalnya dikira hanya berjumlah tujuh buah. Seiring dengan penggalian yang dilakukan ternyata ditemukan ada sembilan candi yang walaupun tidak kesemuanya benar-benar utuh. Ada candi yang letaknya di tebing dianggap belum selesai pengerjaanya juga.
Obyek wisata ini sepenuhnya menyajikan pesona mata karena berada pada ketinggian sehingga kita bisa menikmati pemandangan wilayah sekitar. Apalagi kalau kita sampai di candi yang letaknya paling atas, kita bisa melihat pemandangan danau rawa pening yang nampak cantik dari ketinggian.
Lokasi ini juga instagramable buat kalian yang hobi foto selfie, tapi tetap harus hati-hati ya mengingat lokasi candi Gedhong Songo di wilayah perbukitan yang tinggi, salah-salah bisa keperosok. Dan satu lagi, jangan merusak baik vandalisme coret-coret atau buang sampah sembarangan. Gak asik banget itu mah!
Background Pemandangan Rawa Pening dari Candi Gedong V

Tips buat kalian yang ga kuat jalan kaki atau malas trekking seperti saya :D untuk menjelajahi Candi Gedhong Songo bisa menggunakan jasa sewa kuda dengan range biaya 30 – 80 ribu tergantung sampai dimana kalian mau.
berfoto di Area Pemandian Air Panas Belerang

Selamat (pura-pura) traveling!

Tulisan ini disertakan dalam lomba Blog Legenda Pariwisata Jawa Tengah 2017 Yang Diselenggarakan Oleh Dinas Kepemudaan, Olahraga Dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah
#BlogJateng201 #JatengGayeng #LegendaPariwisata

Rabu, 19 April 2017

Romantisme Budaya Kota Semarang



Long Weekend kemarin tanggal 14-16 April 2017 nyempetin jelajah sendiri ke wilayah “Semarang bawah” bak pendekar nyasar :D
Walaupun traveling sendirian, ternyata Kota Semarang ga begitu nyusahin sih. Sudah banyak banget review tempat-tempat keceh yang bisa kita tanya sama Google, tinggal buka aplikasi dan say “OK Google” semudah itu. hahaha...
Karena liburan kali ini sama sekali tanpa rencana yang jelas (efek galau berkepanjangan) maka berangkatlah saya naik bus menuju Semarang dari Solo dengan ongkos 25 ribu perak kelas AC ekonomi. Lumayan lancar jalanan di akhir week end itu, berangkat jam 15.30 WIB dari Solo saya touch down Semarang di kawasan Banyumanik sekitar jam 19.00 WIB.
Nah, urusan Transportasi, Semarang sudah punya Bus Trans Semarang yang mungkin mirip-mirip Busway di Jakarta atau Trans Jogja gitu deh. Tapi karena saya agak males untuk beribet-ribet, akhirnya aplikasi ojek online yang menjadi pilihan saya menjelajah Semarang di liburan kali ini. Selain gampang aplikasinya, juga dianter langsung ke tempat tujuan, ini semacam “short cut” buat yang travel sendirian dan rada galau kalau harus baca peta atau rute Bus umum yang biasanya seribet kisah cinta saya. Eh.
Karena sampai sudah malem, saya langsung meluncur ke kost teman di wilayah Tembalang (Kampus Undip) dengan bantuan abang ojek tentunya. Rejeki banget biar ngirit ongkos liburan kamu bisa nebeng di tempat teman atau bisa juga join di couch surfing. Kalau saya lebih seneng nebeng di temen yang sudah kita kenal, berasa lebih aman saja sih. Hehe.
Pagi jam 09.00 WIB saya meluncur dari tembalang naik ojek dengan modal panduan wisata Google ke wilayah Semarang bawah. Tujuan hari ini: Sam Poo Kong dan Lawang Sewu. Karena lagi tanggal merah alias libur nasional, jadi deh tempat-tempat wisata ini rame pengunjung (hari biasa kayaknya rame juga sih ya).

  
Sam Poo Kong
Terletak di kawasan Simongan, untuk masuk ke lokasi ini kita hanya perlu beli tiket 8 ribu perak untuk dewasa, kalau mau lihat sampai ke dalam lokasi sembahyang bisa pakai tiket terusan sekitar 24 ribu aja (untuk turis domestik).
Tempat wisata ini dari pertama liat di internet sih yang menarik adalah tentang akulturasi budayanya ya. Sampai lokasi disambut dengan gerbang ala-ala China dengan tulisan megah, dominasi warna merah dan hijau yang dianggap warna keberuntungan etnis Tiongkok. Nah, dari informasi yang saya dapat sih, Sam Poo Kong ini adalah semacam petilasan yang dibangun oleh Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok. Bangunan ini sekarang selain dijadikan tempat wisata, juga dipakai sebagai tempat sembahyang Teman-teman yang beragama Kong Hu Chu. Walaupun ada sejarah yang mengatakan bahwa Laksamana Cheng Ho adalah seorang muslim. Jadi bisa sekalian belajar sejarah kan ya? hehe
Di tempat ini jadi berasa kaya di Tiongkok beneran deh, bangunanya megah banget. Terus buat yang suka foto dan cari spot yang instagramable bisa coba main kesini deh. Spot foto pun sudah dikasih tanda biar kamu semua bisa maksimal foto-foto dengan hasil yang bagus.
Saya sempet coba-coba selfie, tapi kurang maksimal karena lanskap nya kan bangunan yang gedhe-megah jadi ga gitu maksimal. Alhasil bolehlah minta tolong ke pengunjung lain dong, dasarnya rejeki anak salihah ya ada aja yang mau bantu fotoin. Sudah gitu akhirnya saya nemu teman jalan juga disana yang kemudian jadi jalan bareng ke beberapa lokasi wisata selanjutnya. What a luck!
Puas berfoto-foto akhirnya saya memutuskan pindah ke lokasi selanjutnya. Bareng my new travel mate dong yaaaa....

 

Lawang Sewu
Nah, kenapa Lawang Sewu? Karena saya penasaran dengan review di internet tentang tempat wisata ini. So, meluncurlah saya dengan abang ojek dari Sam Poo Kong sekitar 10 menit lah. Tiket masuk 10 ribu saja teman-teman!!
Lokasinya di sebelah Tugu Muda, Land Mark Kota Semarang di daerah Sekayu. Pertama masuk langsung takjub dengan bangunan kuno peninggalan Belanda ini, bagus dan terawat. Dan ramai sekali pengunjung yang asik foto, selfie sampai preweed, lengkap dan riuh.
Akhirnya mulai menyadari kenapa namanya Lawang Sewu (Pintu Seribu) karena memang pintunya banyak banget! Menyusuri gedung ini emang berasa kaya noni-noni Belanda. Hahahah.
Bangunan ini awalnya diperuntukkan sebagai Statsiun kereta api pada jaman Belanda, lalu beralih fungsi menjadi kantor dan juga penjara bawah tanah jaman PKI. Saya ga tau mesti sedih atau bahagia pas tau kalau ruang bawah tanahnya sedang ditutup untuk kunjungan. Jadi saya lanjut jalan menyusuri bangunan kuno yang indah ini. Gedung pertama dengan hiasan jendela besar dipasangi kaca patri yang indah-indah berasa kaya di luar negeri deh! Langsung foto jeprat jepret walaupun hasilnya amburadul ga jelas mana muka mana jendela. Hahaha.
Gedung selanjutnya lebih seperti museum mini tentang kereta api di Indonesia gitu, ada juga tayangan video di televisi plasma (sayangnya keterangan videonya dalam bahasa Belanda  -____- ). Di ruangan itu kita bisa tahu tentang awal pembangunan Lawang Sewu dan beberapa stasiun kereta Lain di Indonesia.
Setelah lelah muterin gedung dengan naik turun tangga kita disuguhi musik keroncong di halaman tengah Lawang Sewu. Wusshhh.. angin sepoi-sepoin dan musik yang asik bikin liburan di Semarang ini memorable banget!

 
berpose di area museum mini lawang sewu

Tahu Gimbal
Nah, ini kuliner yang wajib teman-teman cari pas main ke Semarang. Lontong dengan sayur bumbu kacang, bakwan isi udang dan juga kerupuk udangnya endess banget. Kalau dari informasi yang dihimpun dari internet sih kawasan Masjid Agung Jawa Tengah ada yang jual Tahu Gimbal enak, jadi meluncurlah saya kesana. Lumayan jauh tapi worth it lah ya, dapat makanan enak dan sekalian bisa mampir Masjid Agung Jawa Tengah yang arsitekturnya mirip sama masjid Nabawi. hehe
Weisshhh... sekian dulu cerita jalan Semarang-nya yaaa... eh iya, satu lagi pengalaman asyiknya nih. Naik kereta pulang ke Solo dari Semarang.
Stasiun Tawang
Nah, buat yang mau nglengkapin edutravel liburan belajarnya bisa nyobain naik kereta dari stasiun Tawang ke stasiun Balapan Solo. Sumpah pemandanganya asik banget! Saya naik dari stasiun Tawang pukul 09.11 WIB, pas kereta Kalijaga jalan rasanya rada miring gitu, gerbongnya, ternyata oh ternyata itu karena rel di Stasiun Tawang ini kena abrasi rob. Tau ga sih rasanya naik kereta tapi sampingnya rawa yang lebih mirip danau? Naik kereta rasa naik perahu gitu, pokoknya beda banget!
Selamat (pura-pura) traveling!!

 

Tulisan ini disertakan dalam lomba Blog Legenda Pariwisata Jawa Tengah 2017 Yang Diselenggarakan Oleh Dinas Kepemudaan, Olahraga Dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah
#BlogJateng201 #JatengGayeng #LegendaPariwisata